PT Pertamina (Persero) menetapkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis bensin dengan nilai oktan (RON) 92 atau biasa disebut Pertamax pada Jumat, 1 April 2022 lalu. Kenaikan harga BBM ini dipicu karena semakin beratnya beban keuangan perusahaan akibat harus menanggung selisih antara harga jual Pertamax dengan harga pasar. Harga Pertamax yang semulanya Rp9.000 – Rp9.400 per liter kini berubah menjadi Rp12.500 – Rp13.000 per liter di seluruh wilayah Indonesia.
Adanya peristiwa ini membuat sebagian masyarakat mengganti bahan bakar kendaraannya yang semula Pertamax menjadi Pertalite karena lebih terjangkau. Akan tetapi, ketersediaan bahan bakar Pertalite sendiri juga terbatas, sehingga di beberapa jumlah SPBU stok Pertalite mengalami kekurangan.
Berdasarkan kutipan berita dari Kompas.com, kondisi kesulitan dalam mendapatkan bahan bakar Pertalite juga dirasakan oleh sejumlah masyarakat di Lumajang. Terpantau stok Pertalite yang ada di SPBU Kedungjajang dan SPBU Ketahunan kosong, sehingga masyarakat setempat terpaksa harus mengantre untuk membeli bahan bakar Pertamax. Badrus, salah satu warga setempat mengaku kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar Pertalite di SPBU sekitar, sehingga terpaksa membeli Pertamax untuk kendaraannya agar tetap dapat beraktivitas.
“Mau gimana lagi, daripada enggak bisa kemana-mana karena enggak ada bensin, jadi mesti beli yang mahal,” ungkap Badrus di SPBU Kedungjajang, Kamis (7/4/2022).
Kenaikan harga Pertamax ini juga disebabkan karena krisis geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang mengakibatkan harga minyak dunia melambung tinggi di atas 100 dollar AS per barel. Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN berpendapat bahwa harga dari Pertamax ini perlu ditinjau kembali.
“Sudah saatnya dihitung ulang berapa harga yang layak yang diberikan Pertamina untuk harga Pertamax yang dikonsumsi oleh mobil-mobil mewah. Ini untuk keadilan semua,” tuturnya, Selasa (22/3/2022).
Seorang ekonom, sekaligus mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mengingatkan pihak pemerintah dalam akun Twitter-nya “Ada yang perlu diantisipasi terkait kenaikan Pertamax: soal price gap (selisih harga). Dengan Pertamax naik ke Rp16.000, Pertalite tetap di Rp7.650, maka bisa terjadi migrasi dari Pertamax ke Pertalite.” Basri juga menambahkan bahwa adanya migrasi konsumsi dari Pertamax ke Pertalite, maka hal tersebut akan menyebabkan over quota pada Pertalite dan beban terhadap APBN pun ikut meningkat.
Menanggapi kegelisahan yang dirasakan masyarakat akibat dari fenomena kenaikan harga Pertamax ini, Presiden Joko Widodo angkat suara bahwa pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah adanya kenaikan BBM ini.
“Saya kira sudah kita tahan-tahan agar tidak terjadi kenaikan, tetapi saya kira situasinya memang tidak memungkinkan. Ga mungkin kita tidak menaikan yang namanya BBM, ga mungkin. Oleh sebab itu, naik Pertamax,” ujar Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu, (6/4/2022).
Kondisi perekonomian Indonesia sangat bergantung pada tingkat inflasi global dimana jika terjadi inflasi massal pada negara lain, maka Indonesia juga tetap akan terkena dampaknya.
Ditulis oleh: Surya Ageng Priambudi
Disunting oleh : Tania Zahra Wahyu Salsabila
Referensi Penulisan :